Selasa, 28 Januari 2014

Apa Sih Konsep IQ - EQ - SQ Itu Sebenarnya ?

Udah jadi dambaan tiap ortu kalo anaknya itu bakal jadi anak yang pinter, cerdas dan berbudi pekerti luhur (sedaapp). Pasti lo sering ngalamin deh, didoain, diharepin, dipaksa, bahkan diomelin sama ortu cuma biar lo jadi pinter. Oleh karena itu, pasti lo ga asing dong sama singkatan IQ, yg merupakan singkatan dari Intelligence Quotient atau nilai kecerdasan seseorang. Belom juga ngerti tentang apa itu IQ, eeh udah ada lagi yang namanya EQ (Emotional Quotient), dan tiba-tiba muncul lagi istilah SQ (Spiritual Quotient). Sebenernya apaan sih itu? Emang bener yah kecerdasan emosional dan spiritual orang bisa dikuantifikasi?
Belom juga udah ngerti masing-masing istilah IQ, EQ, SQ itu apa, eeh tiba-tiba kita udah disuruh buat tes IQ lah, test EQ, belajar dan ikut program ini-itu, demi meningkatkan nilai IQ, EQ, dan SQ kita. Naah, sebelom kita capek-capek belajar dan muter otak sampe jungkir balik segala macem demi ningkatin apa yang sebenernya kita belum paham. Naah blog zenius kali ini bakal seru banget karena gue bakal kasih tau elo selengk apa itu konsep IQ, EQ,  dan SQ yang sebenernya. Oke kita langsung aja deh nih ngomongin yang pertama.

IQ - Intelligence Quotient

Excel_IQ_EwB_Chart
IQ atau nilai kecerdasan seseorang. Nah yang ini nih sebenernya konsep yang udah ada sejak akhir abad 19, kira-kira di tahun 1890-an, yang pertama kali dipikirin oleh Francis Galton (sepupunya Charles Darwin, Bapak Evolusi). Berlandaskan dari teori sepupunya mengenai konsep survival dari individu dalam suatu spesies, yang disebabkan oleh “keunggulan” sifat-sifat tertentu dari individu yang diturunkan dari orangtua masing-masing, Galton menyusun sebuah tes yang rencananya mengukur intelegensi dari aspek kegesitan dan refleks otot-otot dari manusia. Baru pas awal abad 20, Alfred Binet (dibaca: Biney), psikolog dari Perancis, ngembangin alat ukur intelegensi manusia yang mulai kepake sama orang-orang. Dari alat ukur ciptaan Binet ini akhirnya berkembang deh alat-alat ukur IQ sampe yang kita kenal dan pake sekarang.
Gara-gara orang mulai sadar sama pentingnya intelegensi dan pengetesannya, mulai deh tuh, para ahli psikologi neliti dan bikin hipotesis tentang kecerdasan. Banyak banget deh yang akhirnya muncul dengan pendapat yang berbeda-beda, masing-masing dengan bukti yang dianggap kuat oleh masing-masing pihak. Ada yang menganggap bahwa kecerdasan adalah konsep tunggal yang dinamakan faktor G (general intelligence). Ada juga yang menganggap kecerdasan itu pada intinya terbagi jadi dua macam set kemampuan, yaitu fluid (Gf) dan crystallized (Gc). Berbagai macam pengetesan kecerdasan dibikin ngacu ke pandangan-pandangan ini sepanjang abad ke 20. Tapi yang lagi ngetrend sekarang tuh yang namanya multiple intelligence, atau kecerdasan berganda yang dicetuskan oleh Howard Gardner di tahun 1983. Gardner nyebutin bahwa kecerdasan manusia bukan merupakan sebuah konsep tunggal atau bersifat umum, namun merupakan set-set kemampuan yang spesifik dan berjumlah lebih dari satu, yang semuanya merupakan fungsi dari bagian-bagian dari otak yang terpisah, serta merupakan hasil dari evolusi manusia selama jutaan tahun.
Gardner awalnya membagi kecerdasan manusia menjadi delapan kategori yaitu:
  1. (a) Music-rhythmic & Harmonic,
  2. (b)Visual-spatial,
  3. (c) Verbal-linguistic,
  4. (d) Logical mathematical,
  5. (e) Bodily-kinesthetic,
  6. (f) Intrapersonal,
  7. (g) Interpersonal,
  8. (h) Naturalistic.
Masing-masing lengkapnya kayak apa mending elo google aja deh, kepanjangan men. Intinya lo bisa tangkep lah dengan gampang kalo liat istilahnya aja. Nah, seiring berjalannya waktu, akhirnya Gardner nambahin lagi aspek kecerdasan kesembilan, yaitu (i) Existential - yang mencakup sisi spiritual dan transendental. Walaupun populer, teori ini mendapat banyak kritik karena kurangnya bukti empiris.
Nah, oleh karena itu, sampe sekarang para ahli belom sepakat dalam ngasih definisi apa itu kecerdasan, diukur pake alat apa, serta apa arti dari skor kecerdasan seseorang. Makanya, sekarang tuh para praktisi ilmu psikologi, pendidik, sekolah, dan beberapa negara maju udah ga make lagi tuh istilah “tes IQ”. Alih-alih mereka bilangnya test tertentu kaya “tes kemampuan akademik”, “tes kecerdasan verbal”, dan sebagainya.
Masalahnya, di Indonesia nih masih umum banget istilah IQ. Ga jarang juga kan kita denger pertanyaan: “IQ lo berapa?”, “Gimana men besok tes IQ, udah siap?”, “Itu butuh IQ berapa sih biar bisa keterima di sekolah/kelompok itu?”, dan sebagainya. Lewat tulisan ini, gue rada pingin nyuarain juga nih ke elo-elo pada, bahwa banyak banget pengetesan yang sebenernya ga ngukur kecerdasan umum, tapi ngakunya sebagai tes IQ. Harus ati-ati deh buat nyikapinnya. Ini bukan berarti yang namanya IQ atau kecerdasan umum itu ga ada yeh. IQ itu ada, tapi yang bermasalah itu alat ukurnya biasanya gak akurat. Jadi biarin deh urusan begituan diserahin dulu ke para ahli bidang yang bersangkutan.
Balik lagi nih ke pandangan umum masyarakat tentang konsep “kecerdasan umum” atau yang dikenal sebagai IQ tadi. IQ gue tinggi, terus? IQ gue jongkok, terus? Kalo nilai skor tes gue jeblok, apa berarti gue orang bego, gitu? Nah, pertanyaan-pertanyaan ini nih ga bisa dijawab dengan jawaban yang simpel kayak: “Iya ya ternyata gue bego karena IQ gue rendah”, atau sebaliknya. Yang namanya bego, itu ga cuma gara-agara IQ lo rendah doang, atau cerdas karena IQ lo tinggi. Gini misalnya, lo punya skor IQ tinggi trus pada suatu kesempatan lo lagi bawa motor. Karena pingin cepet-cepet sampe, lo ambil jalan yang berlawanan arus. Trus gara-gara ini, lo jadi didamprat orang yang lagi jalan kaki di jalur yang semestinya. Trus akhirnya lo dibilang “ah tolol luh!” (maapin kata-kata gue kalo rada kasar, gue cuma mau bikin ini lebih realistis aja). Masuk akal juga kan kalo lo didamprat kaya gitu, padahal skor IQ lo tinggi.
Kasus di atas bikin suatu kesan buat kalangan umum non akademik buat berpikir bahwa kemampuan pikiran belum tentu membuat lo jadi terlihat cerdas dan adaptif dalam bertingkah laku. Padahal kan tadi di atas disebutin bahwa kecerdasan itu pada intinya adalah kemampuan yang membuat manusia adaptif sebagai individu. Pandangan-pandangan umum yang kayak gini yang akhirnya membuat para ilmuwan kejiwaan ngembangin sebuah konsep terpisah yang dinamakan..

 Emotional Quotient  Intelligence

emotional-intelligence
Lah kok, jadi beda istilah?! Tadi di atas bilangnya emotional quotient (EQ) kok sekarang jadi Emotional Intelligence (IE)? Sebenernya sih sama, tapi emang udah jelas banget sih kalo istilah EQ (yg arti harafiahnya itu “hasil pembagian dari emosi") itu salah. Lebih tepat digunakan kecerdasan emosional buat jelasin konsep yang dimaksud. Makanya akhirnya para ahli lebih milih istilah emotional intelligent (EI). Ngerti ga sampe sini men?
Nah kalo sampe poin ini lo udah bisa pahamin, kita lanjut bahas soal apa yg orang-orang bilang soal EQ (atau EI). Sering banget kita denger orang-orang awam suka ngomong “percuma IQ tinggi tapi EQ jeblok” atau semacamnya. Sering kan? EQ pertama kali dikonsepin oleh Keith Beasley pada tulisannya pada artikel Mensa pada tahun 1987. Tapi, istilah ini baru bener-bener mendunia (dan udah ganti jadi EI) setelah Daniel Goleman pada bukunya “Emotional Intelligence – Why it can matter more than IQ” yang terbit pada tahun 1995. Walaupun buku ini dianggap bukan sebagai buku akademik, tapi konsep EI yang disusun oleh Goleman bikin para ahli psikologi rame-rame bikin penelitian tentang hal ini.
Kecerdasan Emosional, pada intinya adalah kemampuan kita buat ngidentifikasi, ngukur, dan ngontrol emosi diri sendiri, orang sekitar, dan kelompok. Para peneliti EI punya posisi bahwa EI lebih penting daripada sekadar kecerdasan kognitif. Goleman sendiri membagi kemampuan-kemampuan emosional menjadi lima kemampuan:
  1. (a) kesadaran diri,
  2. (b) kontrol diri,
  3. (c) kemampuan social,
  4. (d) empati,
  5. (e) motivasi.
Goleman berpendapat bahwa tanpa kelima kemampuan ini, orang yang memiliki IQ tinggi bakal kehambat dalam kegiatan akademik serta pekerjaan.
Walaupun laku keras di kalangan umum, banyak ilmuwan dan praktisi psikologis yang tetep skeptis sama kecerdasan emosional. Yang paling mereka kritik adalah pengetesannya. Ilmuwan harus bekerja berdasarkan bukti. Jika seorang ilmuwan di bidang apapun bikin suatu hipotesis, harus didukung sama pengukuran yang akurat. Nah, para ahli psikologi ngekritik EI karena alat ukurnya ga valid (valid ini maksudnya ga ngukur apa yang harusnya diukur). Alat-alat tes EI itu kebanyakan soalnya berupa pilihan-pilihan jawaban yang bisa aja orang yg ngisi ngibul pas ngejawabnya. Makanya para ahli kurang bisa nerima hasil pengukuran EI. Belom kelar masalah EI, eh tiba-tiba ada lagi yang ngusulin sebuah konsep kecerdasan baru yang dinamain..

Spiritual Quotient Intelligence 

Spiritual Intelligence (SI) atau kecerdasan spiritual. Pertama kali dikonsepin sama psikolog yang bernama Danah Zohar, pada tahun 1997. Konsep ini dapat dibilang baru dalam dunia psikologi, karena emang konsepnya aja belom dianggep matang. Banyaaaak banget kritik soal konsep SI ini bahkan bukan soal pengukurannya atau nilainya, tapi soal konsep dasarnya. SI ini dibuat oleh Zohar untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memaknai kehidupannya, jadi  ga ada hubungannya dengan agama ataupun kerohanian dalam konsep awam.
Kemampuan-kemampuan yang menurut Zohar tergabung dalam konsep SI antara lain: Spontanitas, visioner, rasa kemanusiaan, kemampuan untuk bertanya hal-hal yang bersifat mendalam seperti “siapakah saya dalam dunia ini?”, kemampuan untuk menerima perbedaan, dan sebagainya. Nah lagi-lagi, selain konsepnya yang belom mateng, alat ukurnya lebih ngaco lagi, kalo menurut ahli-ahli ilmu psikologi. Alat ukurnya lebih bisa bikin yang ngisi ngibul soal kondisinya, yang akhirnya bikin skor tesnya jadi tinggi-tinggi deh. Susah kan ngukurnya kalo kaya gini!?
Seperti biasa, dunia bisnis berkembang jauuuuh lebih cepet daripada dunia ilmu pengetahuan. Kalo ada konsep-konsep yang menarik dan “laku dijual”, para pelaku bisnis pasti cepet tanggep makenya padahal belom yakin itu konsep udah mateng atau belom. Kalo dalam ilmu lain, fisika kimia misalnya, kalo ada penemuan yang belom mateng terus udah laku di pasaran, resikonya kan jelas lah yaa, meledak lah, beracun lah, bikin mati sekampung lah.
Nah kalo dalam ilmu psikologi, dampak-dampak itu gak keliatan langsung, tapi sebenernya bakal ujung-ujungnya kerasa dampaknya. Contohnya gini deh, konsep EI dan SI belom mateng, alatnya belom valid, tapi udah dipake buat nyeleksi manajer di satu perusahaan. Dari hasil tes dibilang bahwa si calon X punya kecerdasan emosional dan spiritual yg tinggi, tapi tesnya ga valid. Walhasil taunya si manajer ga bekerja sesuai yang diharepin. Akhirnya, sayang kan duit yang dipake buat seleksi dan gaji si manajer X.
Maka dari itulah, semua yang kira-kira punya embel-embel “quotient” nya atau “kecerdasan” ini itu emang kedengeran seksi di kuping kita. Yang namanya ortu itu pingin anaknya cerdas, berpekerti luhur, spiritual, dsb. Udah keniscayaan itu sih. Tapi, kita sebagai kaum terpelajar yang harus berpikir kritis, jangan lah cepet-cepet percaya sama apapun yang dibilang sama orang lain. Telusurin sendiri sebelom rugi. Di Indonesia nih misalnya, udah jelas konsep EI belom jelas alat ukurnya, pelatihan-pelatihan dan pengukuran EI udah menjamur di mana-mana. Pake alat apa juga ga peduli deh yang penting laku.
Terus, Danah Zohar di atas kan udah bilang kalo SI ga ada hubungannya dengan agama, tapi pelatihan-pelatihannya banyaaaaaaak banget (ini beneran banyak banget yeh, se Indonesia). Kebayang ga kalo ternyata konsepnya ga mateng dan itu pelatihan malah bikin kita jadi cerdas secara spiritual, tapi malah misalnya jadi takut sama kehidupan, ngerasa banyak dosa, dsb. Ga nyambung dong sama yang dikonsepin sama Danah Zohar?  Ya gak !?

Nah pesen moral dari tulisan ini cuma singkat: Sebagai kaum terpelajar, kita harus telusurin dulu sebelum percaya apapun, terutama kalo itu bisa bikin kita rugi baik secara finansial maupun psikologis.

Gimana Sih Caranya Manfaatin Waktu Secara Optimal ?

Pernah gak sih lu punya temen yang serba bisa dalam segala hal ? Dulu waktu gua masih kuliah, gua punya temen yang pinter banget, IPKnya nyaris sempurna, aktif jadi ketua organisasi kampus, jago maen bola, maen game-nya susah dikalahin, punya banyak gebetan, dan bisa jadi dia juga rajin menabung dan tidak sombong. Pokoknya tipikal dambaan setiap calon ibu mertua deh !
Nah biasanya seenggaknya kita bakal nemuin orang ajaib kayak gini dalam hidup kita. Tapi sebenernya, apa sih yang bikin orang-orang kayak gitu bisa mengerjakan begitu banyak hal ? Sementara kita buat bikin PR Matematika aja males buanget, uring-uringan dan ujung-ujungnya malah nyalin jawaban temen pas istirahat.

Nah di blog kita kali ini, gua mau sharing sedikit pengetahuan gua tentang gimana sih caranya manfaatin waktu secara optimal. Moga-moga bisa bermanfaat buat kalian, this gonna take quite long, so brace yourself !
Oke, kalo kita bicara soal waktu, bisa jadi itu adalah hal yang paling mewah dan paling mahal yang kita punya selama hidup. Dengan waktu yg kita punya kita bisa gunain buat ngelakuin semua hal dlm hidup seperti maen, pacaran, baca buku, nonton film, belajar,  kerja, cari duit, dlsb.. Nah untungnya, selama kita semua masih tinggal di planet bumi ini,  kita semua punya waktu 24 jam sehari dan 7 hari seminggu buat melakukan aktivitas kita - gak kurang dan gak lebih buat semua orang.. Nah, tapi sialnya nih waktu kita tuh terbatas sementara hal-hal yang kita pengen lakuin gak terbatas. Jadi kita gak akan pernah punya cukup waktu buat ngelakuin semua hal yang kita pengen. Nah lho gimana tuh.. !
Tapi terlepas dari keterbatasan waktu yang kita punya, ada aja nih orang-orang yang jago banget manfaatin waktu yang mereka punya sehingga bisa meraih begitu banyak prestasi di usia yang sangat muda, sementara ada orang yang terlalu banyak ngabisin waktu buat hal-hal gak penting.. Nah, sejauh ini lu termasuk yang mana hayo ??
Oke, sekarang gua akan coba bahas hal ini dengan ambil contoh yang familiar dlm kehidupan pelajar kayak kalian deh, coba  sekarang apa sih yang bikin sebagian besar dari kita males buat belajar ?? Dari sekian banyak masalah, gua ambil dua aja yang bisa jadi paling sering alami :
1. Kebiasaan Nunda
Nah ini dia nih penyakit kronis yang sering banget muncul dan menghantui umat manusia sepanjang jaman.. Kebiasaan nunda ! Nunda belajar lah, nunda ngerjain tugas lah, nunda bikin PR lah.. Bahkan yang lebih parah, diantara kita bahkan memilih untuk bersikap pasif dan nunggu buat disuruh, baik sama orang laen, maupun nunggu disuruh sama keadaan. TAPI anehnya kok kalo maen game, baca komik, pacaran, gak pernah ditunda-tunda dan gak pernah nunggu disuruh yah ?? Hahaha..
2. Ga fokus Waktu Ngejalaninnya
Nah, masalah berikutnya yang biasa kita temui setelah kita udah bisa niatin diri kita buat belajar  adalah gak fokus / gak konsen dalam ngejalaninnya. Jaman sekarang buanyak banget yang bisa ngalihin fokus kita dalam ngerjain segala sesuatu, dari mulai facebook, twitter, bbm, whatsapp, youtube, game, komik, dlsb.. Jadinya, waktu yang kita udah luangkan buat hal-hal bermanfaat, terkikis juga buat hal-hal yang gak terlalu penting dan cenderung keterusan. Hal ini juga nih yang biasanya bikin kita gak bisa manfaatin waktu secara optimal.
=============================================================================
Nah kok bisa sih 2 penyakit ini muncul terus dan gimana cara ngatasinnya? Now, if I may.. gua mau share dikit pengetahuan gua dan juga trick-trick yang gua pikir mungkin bisa lu lakuin yang bisa jadi bermanfaat buat lu.
Ok pertama, apa sih yang sebenernya bikin kita males, gak niat, suka nunda, nunggu disuruh, dan gak fokus ? Basically dari pengamatan gua, yang nyebabin semua itu karena sebenernya kita gak tau apa manfaat yang akan kita dapetin kalo kita ngerjain semua itu.. Kita gak bikin goal atau tujuan yang sebenernya kita pengen capai. Jadinya ibarat maju tanpa arah dan cuma ngikutin arus doank. Jadinya ya kita gak bakal termotivasi buat ngelakuin itu.
Coba bayangin deh 15 tahun lagi kira-kira kalo ada wartawan yang bakal nulis ttg kisah sukses lu, lu kepengen mereka nulis tentang apa ? Apakah lu sebagai seorang pemaen bola? artis dangdut? ato scientists ? Ini keliatannya sepele tapi sbenernya penting banget menurut gua. Karena selama kita gak tau apa yang pengen kita lakuin ke depannya, gimana kita bisa ngerti seberapa penting yang kita lakuin sekarang buat mencapai itu semua.
Nah sekarang kalo lu belum ngerti apa yang lu pengen lakuin ke depannya, berarti tugas lu adalah buat nyari tau tentang hal itu. Kalo lu udah tau, berarti tugas berikutnya adalah membuat perencanaan step by step gimana supaya hal itu tercapai ! Untuk bikin perencanaan yang efektif, kita harus balik lagi ke statement gua di atas, bahwa gak mungkin kita punya cukup waktu buat ngelakuin semua hal yang kita pengen. Makanya kita perlu tau yang namanya prioritas ! Nah, dalam pengambilan keputusan sehari-hari biasanya kita dihadapkan pada 4 kategori situasi :
PENTING - MENDESAKNah sebelum kita dalemin satu per satu kuadran di atas, ada baiknya kita menyepakati definisi dari "penting" dan "mendesak", Oke? Definisi yang gua rumuskan untuk pembahasan kita kali ini adalah :
Penting : Semua kegiatan yang relevan / sejalan dengan visi hidup, obsesi, cita-cita, atau apapun yang jadi tujuan jangka panjang lu.
Mendesak : Semua kegiatan yang kalo gak lu lakukan dengan segera, lu ga akan dapet kesempatan lain untuk melakukan hal itu lagi.
1. Penting dan Mendesak, sesuatu yang tidak terduga terjadi di luar perencanaan. Contohnya : rumah dan segala harta benda lu kebakaran, lu ngejar deadline penting mendadak yang relevan dgn cita-cita lu, dll.
2. Penting dan Tidak Mendesak, Nah ini dia hal-hal penting jadi ngedukung cita-cita, visi hidup, dan obsesi lu. Contohnya : Baca buku-buku berkualitas, olahraga teratur, belajar banyak hal, bangun koneksi, dll.
3. Tidak penting dan Mendesak, contohnya : angkat telepon, angkat jemuran waktu ujan, buka pintu kalo ada yang ngetok, ngintip rok cewek, dll.
4. Tidak penting dan tidak mendesak, contohnya : mandi, gosok gigi, nyabutin rumput tetangga, nimba sumur, dll.
Please ignore kuadran 3 dan 4 dan coba kita fokus pada nomer 1 dan 2. Nah, sebisa mungkin segala hal yang penting itu kita arahkan jadi situasi kuadran 2, sehingga segala sesuatu yang penting jadi tidak mendesak. Artinya, segala sesuatu yang penting akan terjadi sesuai dengan perencanaan dan persiapan kita.
Nah dalam membuat perencanaan, lu gak perlu bikin semuanya strict terhadap waktu, jadi seolah-olah rencana tahunan, bulanan, mingguan, bahkan harian kalian... itu semua strict demi mencapai cita-cita luhur kalian itu. Gak perlu sampe gitu juga kali.. :D
Yang penting dalam membuat rencana itu lu buat aja dengan porsi yang wajar dan realistis, bikin step by step contohnya misalnya lu mau jadi ahli fisika teori seperti Michio Kaku atau Brian Greene yang mencoba mengungkap misteri hukum fisika dasar yang menggerakan seluruh alam semesta. Ya berarti misi step by step yang harus dijalanin itu fokus gimana caranya jadi ahli fisika teori. Belajar fisika yang rajin, sering baca-baca jurnal sains, diskusi sama guru fisika kamu,  kejar jurusan fisika murni di universitas keren, kejar beasiswa buat S2 & S3 di bidang theoretical physics, dst.. Hal yang sama juga berlaku kalo kamu mau jadi pemaen bola atau penyanyi dangdut !
Nah kuncinya yang nomer satu selama lu jalanin rencana step by step ini adalah KEDISIPLINAN. Disiplin itu penting banget ! Menurut Jim Collins dalam Great by Choice, kunci kenapa perusahaan-perusahaan raksasa itu bisa tetap bertahan dan berkembang bukan karena mereka lebih kreatif, bukan karena lebih inovatif, bukan juga karena lebih termotivasi, tapi karena DISIPLIN !
Disiplin yang gua maksud itu bukan berarti segalanya harus tepat waktu, tapi inti dari kedisiplinan itu : Lu konsisten dalam ngerjain segala sesuatu sesuai dengan goal atau obsesi yang mau lu capai. Dengan kita konsisten sama diri kita sendiri, maka dengan sendirinya lu lebih rela untuk mensiasati dan mengorbankan semua distraction, gangguan, dan hal-hal gak penting dalam mencapai tujuan lu. Dan itulah sebenernya prinsip dari time management, kunci gimana kita bisa manfaatin waktu yang terbatas secara optimal.
Nah berikut ini beberapa trick dari gua  share gimana langkah-langkah realistis yang kalian bisa ambil dalam waktu dekat supaya lu bisa gunain waktu lu dengan optimal :
  1. Berani Proaktif ! Artinya lu harus bisa menentukan setiap tindakan lu secara independen, jangan mau disetir sama lingkungan, sama temen, atau siapapun. Berani katakan tidak untuk hal-hal yang menurut lu gak penting sementara lu punya hal penting lain yang lebih relevan dengan goal dan obsesi lu.
  2. Siasati distraction / gangguan yang emang berpotensi buat lu ilang fokus. Contohnya dulu gua pernah bertekad ngabisin 2 buku yang selama ini pengen gua baca dalam 3 hari doank, dan untuk merealisasikan itu gua bener-bener matiin hape dan internet dalam 3 hari ! Hal yang sama juga bisa berlaku kalo lu namatin game :P
  3. Bantu stimulus otak lu buat selalu in the mood, ini bisa lu siasati dengan merubah posisi kamar, pasang tulisan-tulisan penyemangat di desktop atau hp, dan bisa juga dengan atur musik yang lu denger.. Jangan dengerin lagu-lagu patah hati yang selalu bikin lu inget mantan ! Contohnya kalo gua dulu skripsi atau lagi ngerjain sesuatu yang butuh fokus tinggi. Gua selalu muter soundtrack Final Battle Game Mass Effect 2 yang super dramatis dan membangkitkan semangat.. and it works for me !
  4. Buat schedule plan ! Nih sekarang tuh buanyaak banget aplikasi yang bisa lu pake di handphone, tablet, laptop, atau PC buat bantu lu mendisiplinkan diri terhadap jadwal. Ada yang namanya google calendar, evernote, trello, asana, whatever.. Gua pribadi gunain evernote buat bantu gua buat produktif dan disiplin dalam kerja, berorganisasi, maupun bisnis pribadi gue.
  5. Tentuin mana prioritas dalam schedule ! Jangan harap 100% yang lu tulis dalam schedule itu akan jadi kenyataan. Pasti ada-ada aja deh dari sekian banyak hal yang udah kita rencanain itu yang ga akan berjalan sesuai rencana semula.. dan itu emang wajar kok ! unpredictable things can be happens anytime, anywhere ! Terus gimana dnk ? Nah ini dia saatnya buat lu tentuin kegiatan apa yang perlu lu prioritaskan dan penting untuk mencapai apa yang bener-bener lu inginkan. Misalnya dari sekian banyak hal yang lu kerjakan, lu bisa bikin kategori mana yang penting (sejalan sama obsesi lu) dan mana yang gak sejalan. Udah gitu lu bisa eliminasi kegiatan yang udah gak sejalan sama visi jangka panjang lu. Jadinya, apapun yang terjadi, buatlah keputusan yang didasarkan pada kepentingan jangka panjang lu.
So gua coba rangkum dikit yah dari apa yang gua tulis tentang cara manfaatin waktu secara optimal, pertama lu harus tentuin dulu apa yang sebenernya jadi obsesi dan visi hidup lu ke depan. Baru setelah itu, lu buat perencanaan misi-misi step by step yang realistis supaya lu mencapai itu. Disiplin dan konsisten sama apa yang lu percaya dan yang jadi obsesi lu sendiri. Buat jadwal dan tentukan prioritas !
Naah.. dengan lu coba ngelakuin semua itu, moga-moga lu bisa ngegunain waktu lu yang terbatas ini secara lebih optimal, Okeeeii ??

Sumber: Zenius.net/blog

Senin, 27 Januari 2014

Ramalan Astrologi: Beneran Atau Omong Kosong Doang?

Apakah lo percaya astrologi? Apakah lo termasuk yang suka buka majalah hanya untuk ngeliat ramalan zodiak minggu ini? Gimana keadaan asmara lo minggu ini? Keuangan aman? Kesehatan drop karena sering begadang?
Eits, sebelum lo tenggelam lagi dalam kata-kata manis zodiak, gw ingin menantang belief lo tentang astrologi. Melalui tulisan ini, gw akan mengajak lo melihat apa itu sebenarnya ramalan astrologi, dari mana sejarahnya, kenapa ramalan astrologi bisa begitu populer, dan apakah sebenernya ramalan astrologi itu bohongan ato jangan-jangan ada benernya juga?

763px-Zodiac_woodcut
Oke, singkatnya nih.. lebih dari 2300 tahun yang lalu, orang Babilonia percaya bahwa dewa-dewa tinggal di antara bintang dan benda langit serta memiliki kekuatan untuk mengendalikan nasib manusia. Orang Babilonia membagi langit menjadi 12 rasi bintang yang sekarang kita kenal sebagai zodiak (sistem horoskop). Menurut sistem horoskop, kepribadian dan kejadian masa depan kita dapat diketahui dari posisi matahari, bulan, dan benda langit lainnya saat kita lahir. Semacam ada kekuatan yang mempengaruhi kehidupan di Bumi. Ada yang bilang kekuatan itu berupa gravitasi, elektromagnetik, dan lain-lain. Tapi kenyatannya, benarkah seperti itu? Yuk kita kupas tuntas semuanya tentang ramalan astrologi

Astrologi vs. Astronomi

"Gue mau masuk jurusan astrologi."
"Gimana ramalan astronomi lo minggu ini?"
 
Eh tunggu bentar, kebalik yah? Hehe.. Sebenarnya Astrologi sama Astronomi itu beda atau sama aja sih?
Jadi gini, jaman dulu pengetahuan para astronom masih sangat terbatas mengenai benda langit, kecuali dari apa yang bisa diobservasi melalui mata telanjang. Makanya, dulu astrologi masih digabungkan dengan astronomi, sampai akhirnya Galielo Galilei menjadi orang pertama yang menggunakan metode ilmiah untuk menguji astrologi secara objektif.
Tapi jelas, dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat, astrologi dan astronomi bukan hal yang sama lagi. Astronomi modern adalah studi ilmiah mengenai benda angkasa, yang ga ada hubungannya sama sekali dengan situasi asmara lo.

Tinjauan Psikologi terhadap Astrologi

Nah, kenapa kok astrologi itu kayaknya benar? Lo pernah denger gak tentang validasi subjektif?
"Validasi Subjektif" itu terjadi ketika dua peristiwa yang tidak terkait atau acak dianggap berhubungan karena keyakinan atau ekspektasi menuntut adanya hubungan antara dua peristiwa itu. Dengan kata lain, kita sendiri yang menghubung-hubungkan persepsi kepribadian diri dengan isi horoskop.
Konsep validasi subjektif diuji pertama kali oleh psikolog Bertram R. Forer. Forer memberikan tes kepribadian kepada siswa-siswa di sebuah kelas. Setelah itu, hasil/analisis kepribadian dibagikan ke setiap siswa. Dia bilang ke siswanya, kalo mereka dapet analisis yang unik (berbeda satu sama lain) sesuai hasil tes sebelumnya. Trus, mereka diminta untuk kasih skor ke analisis kepribadian yang mereka terima: skala 0 (sangat buruk) - 5 (sangat baik) kesesuaiannya dengan diri mereka.
Tapi ada triknya nih: setiap siswa menerima analisis yang sama persis. Tapi, rata-rata skor penilaian siswa satu kelas terhadap analisis yang mereka terima adalah  4,26. Menurut para siswa, analisisnya 85% akurat. Nah lho, kok bisa analisis yang sama dianggap akurat oleh banyak orang?
Coba deh perhatikan potongan analisis yang disajikan ke siswa-siswa tersebut.
Kamu punya kebutuhan untuk disukai dan dipuja orang lain.
Kamu punya potensi besar yang belum kamu manfaatkan sebaik mungkin.
Beberapa impianmu cenderung tidak realistis.
Kamu adalah pemikir mandiri dan tidak menerima perkataan orang lain tanpa bukti yang jelas.

Kalimat-kalimat di atas umum banget, samar (vague), jadi bisa berlaku untuk siapa saja. Pernyataan ini disebut dengan Barnum statement.
Ini berlaku pada ramalan zodiak, kata-katanya samar, ga spesifik. Jadi bisa ngena/nge-hit siapa aja. Pisces itu katanya penuh kasih. Lah, gw tau teman gw yang Capricorn juga penuh kasih. Aries itu katanya mandiri. Lah, gw (yang katanya) Pisces juga mandiri. Semua orang juga bisa bilang dirinya mandiri.
Dalam eksperimen lain, seorang astrolog Perancis yang terkenal, Michael Gauquelin ingin menguji profesi astrologi secara ilmiah. Ia menawarkan ramalan horoskop individual gratis untuk setiap pembaca sebuah majalah dan meminta feedback mereka mengenai keakuratan analisis individualnya. Triknya sama dengan eksperimen Forer: ia menggunakan ramalan horoskop yang sama persis ke ribuan pembaca dengan horoskop yang berbeda-beda. Hasilnya? 94% pembaca menjawab bahwa ramalannya sangat akurat dan mendalam.
Ini adalah contoh validasi subjektif. Orang hanya fokus pada bagian yang benar, yang ngena (hits) dari sejumlah analisis umum. Astrolog mengandalkan kemampuan manusia untuk lebih mengingat "hits" dan melupakan ramalan yang meleset (selective bias). Bahkan kalo ada prediksi yang akurat, bisa jadi itu kebetulan belaka.
Mungkin lo bisa ngerasain sendiri ketika baca ramalan zodiak. Pas baca kalimat yang menurut lo ga make sense, ga lo peduliin. Sekalinya baca kalimat yang KEBETULAN benar dengan situasi yang sedang lo hadapi, “Wah bener banget!”
Sama juga dengan ramalan kejadian yang akan terjadi. Jika ramalan ga terjadi, ya lo nyantai aja. Ga terlalu menghiraukan. Toh, ramalan zodiak doang. Tapi sekalinya kebetulan tuh kejadian beneran, “Gila, ramalan bintang gw bener!
Efek ini terus terakumulasi dari waktu ke waktu, membuat astrologi tetap berjaya dan dipercaya.
tumblr_lf2ytnomgU1qzk1vto1_500
Sumber gambar: http://lifesamitch.tumblr.com/post/2764458631/regarding-the-astrological-sign-changes-what
 

Astrologi dalam Menilai Kecocokan Pasangan

“Gw lihat di internet, Cancer itu cocoknya sama Scorpio. Gw pacaran sama Scorpio, trus kita putus. Gw baca lagi, ternyata Cancer itu cocoknya sama Pisces. Eh, gw nemu majalah, Cancer cocoknya sama Taurus. Jadinya gw mesti pacaran sama siapa?”
Flip Tabble
Sebuah survey terhadap 2.978 pasangan menikah dan 478 pasangan yang bercerai menunjukkan bahwa tidak ada korelasi sama sekali antara perceraian dengan kecocokan zodiak.

Coba pikir lagi baik-baik...

Pas lo baca horoskop dan jika horoskop itu benar, kepikiran ga bahwa berarti 1/12 populasi dunia juga mengalami nasib serupa? Mungkin ga tuh? Kalo kita ambil asumsi populasi manusia di dunia sekarang ini sekitar 7 milyar manusia, dan katakanlah diasumsikan semua manusia lahir secara tersebar dalam 12 bulan. Berarti 1/12 populasi manusia itu ada 584 juta manusia. Sekarang kalo ramalan astrologi lo kebetulan bener bilang lo putus sama pacar, apakah 1/12 populasi bumi ini juga lagi putus sama pacarnya? Kalo minggu ini lo lagi kenal bisul di pantat, apakah ada 584 juta manusia lainnya juga ikutan kena bisul di pantat?
Mau coba sendiri nge-debunk astrologi? Gampang kok. Ramalan astrologi selalu ga konsisten. Kumpulin aja ramalan astrologi dari berbagai sumber. Bandingkan satu sama lain. Nih, gw contohin. Gw akan ambil ramalan zodiak gw, Pisces, untuk 12 November 2013.
Horoskop #1 (id.she.yahoo.com): Fisik: Sinusitis kambuh
Horoskop #2 (vemale.com): Masalah terkait pencernaan akan menyerang Anda minggu ini. Jika ini terus terjadi selama beberapa hari, maka saatnya ke dokter dan memeriksakan diri. Ini adalah akibat dari pola makan dan juga kebiasaan makan sembarangan. Minggu ini, detoks diri dengan makanan sehat dan ringan. Jangan paksakan diri untuk makan berat.
Horoskop #3 (edsur.info): Kesehatan : Hilangkan segala kecamuk yang ada di dalam dada. Jika disimpan terus hanya akan membikin dada terasa sesak.
Horoskop #4 (kucoba.com): Kesehatan: Batuk pilek mulai datang lagi, untuk itu hindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan batuk pilek Anda bertambah parah saja.
Horoskop #5 (gen22.net): Kesehatan: Jangan tidur terlalu malam.
Keliatan kan. Baru dari 5 sumber aja, ramalan horoskop gw hari ini udah saling ga konsisten. Kenyataannya, hari ini kesehatan gw sedang baik-baik aja. Dan gw ga punya sinus ye.

Tinjauan Fisika dan Astronomi terhadap Astrologi

Oke, sekarang kita tinjau deh dari segi "teknis"-nya. Katanya nih, ramalan astrologi dikaitkan erat sama gravitasi dan elektromagnetik. Nah sekarang, jika ada kekuatan dari benda langit yang memiliki efek yang real ke urusan kemanusiaan di Bumi, mestinya bisa diukur dong. Coba kita telaah kekuatan gravitasi dan elektromagnetik yang sering disebut-sebut itu.
astrologi sign
Nah pertama, coba deh lo liat gambar  di samping tentang list horoscope dan hubungannya dengan benda-benda langit. Disitu ada matahari, bulan, dan beberapa planet lain dalam tata surya kita.
Di Fisika, kita belajar kalo gravitasi dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu massa dan jarak. Gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Semakin jauh sebuah objek dari kita, semakin kecil pula kekuatannya terhadap kita. Sekarang berapa sih jarak Bumi ke Matahari, Bulan, dan planet-planet lain? Jutaan kilometer, cin! Gimana bisa gravitasi mereka mempengaruhi kita langsung secara individu?
Dan katakanlah benda langit yang paling dekat dengan bumi adalah Bulan. Dengan sifat gravitasi yang berbanding terbalik dengan jarak, seharusnya pengaruh horoskop Cancer donk yang paling mempengaruhi dibandingkan zodiak yang lain, tapi para astrologer dari dulu bilangnya kekuatan pengaruh semua horoscope sama aja. Berarti gak sinkron dengan sifat gravitasi dalam fisika donk.

Gimana dengan elektromagnetik (EM)? 

Nah di fisika kita tau bahwa elektromagnetik itu bergantung pada jarak dan muatan listrik. Secara keseluruhan, planet memiliki muatan netral. Ada sih yang punya muatan listrik, seperti Jupiter, tapi Jupiter nun jauh di sana. Benda langit yang memiliki kekuatan EM terbesar di tata surya kita adalah Matahari. Kalo gitu, seharusnya Leo (Sign Zodiac buat Matahari) juga punya pengaruh yang lebih besar donk dibandingkan horoscope yang lainnya. Gak sinkron lagi nih sama hukum fisika elektromagnetik.

Gimana kalo kekuatan itu tidak dapat dijangkau oleh sains? 

Ya sama aja, seperti yang kita tahu, kekuatan berbanding terbalik dengan jarak. Kekuatan benda yang letaknya jauh, lebih kecil daripada kekuatan benda yang lebih dekat dari kita. Tapi kata para astrologer, kekuatan semua planet itu sama. Venus yang lebih dekat ke Bumi punya kekuatan yang sama dengan Pluto yang paling jauh dari Bumi.
Lah terus jadinya faktor kekuatannya apa dong? Jarak bukan, massa bukan. Trus gimana dengan asteroid yang juga anggota tata surya dan ratusan planet lain yang ditemukan melalui ilmu astronomi modern. Kenapa ga ada diperhitungkan dalam astrologi?
Astrologi lahir pada zaman di mana benda angkasa diamati dengan mata telanjang. Zaman di mana manusia masih meyakini kalo Bumi adalah pusat alam semesta (geosentris). Nyatanya, jelas kini kita tahu kalo Matahari lah pusat tata surya (heliosentris).
Menurut astrologi, tiap pagi tanggal kelahiran kita, matahari akan terbit dan melewati rasi bintang yang bersesuaian. Gw lahir pada tanggal 3 Maret. Berarti, setiap tanggal 3 Maret, (seharusnya) matahari akan terbit dan melewati rasi bintang Pisces. Apa iya? Iya, tapi itu 2000 tahun yang lalu, ketika orang Babilonia pertama kali melahirkan astrologi.
Dalam 2000 tahun terakhir, rotasi Bumi membuat Bumi bergeser dari porosnya, sehingga rasi bintang bergeser 1 derajat setiap 72 tahun. Akibatnya, zodiak kita bergeser satu. Jadi sekarang, kalo gw nungguin matahari terbit pada 3 Maret, matahari akan terbit melewati rasi bintang Aquarius, bukan Pisces lagi.
Ciee, yang bingung sekarang zodiaknya apa ~
astrologi 2
Dari sini kita bisa bilang kalo Astrologi adalah sistem yang primitif. Masih relevan kah untuk kita gunakan sekarang?

Bahaya Astrologi

Ya mungkin astrologi ga sepenuhnya benar. Tapi santai lah.  Buat fun aja. Ga ada bahayanya kan? WRONG !
Saat ini, menurut jajak pendapat Gallup, 25% dari Amerika percaya Astrologi. Sekitar ratusan juta dolar dihabiskan untuk astrologi tiap tahunnya di US sana. Itu gede lho, dan kayaknya sia-sia aja dihabiskan untuk suatu hal yang ga jelas kebenarannya.
Pada tahun 1980an, Nancy Reagan, istri Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan, berkonsultasi ke seorang peramal astrologi untuk mengetahui peruntungan meeting dan rencana yang disusun pada hari itu. Suaminya, Presiden Amerika Serikat, oke-oke aja dengan “tingkah” istrinya.
Masih berpikir ini ga berbahaya? Orang se-powerful Ronald Reagan, menyusun jadwal pertemuan berdasarkan klaim random dan omong kosong dari sistem yang ga ilmiah. Bayangkan kalo presiden negara ini bikin keputusan pake astrologi! Wah, prihatin saya..
Bahaya yang paling mengkhawatirkan adalah astrologi mempromosikan uncritical thinking. Semakin kita mengajari orang untuk gampang aja menerima cerita anekdot, informasi yang dipilih secara cherry-picking (pilih yang mendukung, abaikan yang tidak mendukung), dan omong kosong, semakin sulit pula kita mengajarkan orang untuk berpikir jernih dan kritis.
Kalo lo ga bisa berpikir jernih, kemampuan lo sebagai manusia mandiri akan terkikis. Lo akan gampangnya disuapin berbagai hal oleh orang lain, yang kebenarannya masih belum jelas. Lo bakal gampang disetir oleh orang lain.

Gw tau lo lebih dari itu. Be Critical, be Awesome!

Sumber: Zenius.net/blog

Apakah Ada Peningkatan Kecerdasan Pada Manusia?

Menurut lo, anak-anak jaman sekarang dibanding anak-anak jaman dulu (misalnya, jaman sebelum Indonesia merdeka deh), lebih cerdas yang mana?
Well, kalau menurut data yang tersedia sih, lebih cerdas anak-anak jaman sekarang. Contohnya data yang ada di gambar di bawah ini:
Flynn Effect[Gambar diambil dari textbook Educational Pshychology – John W. Santrock]
Di gambar di atas itu, lo lihat ada 2 kurva. Kurva pertama (yang sebelah kiri), itu adalah kurva yang menunjukkan hasil tes IQ anak-anak tahun 1932 di Amerika. Lo bisa lihat kalau nilai tengah dari kurva itu ada di angka 100. Artinya, hasil tes IQ anak-anak Amerika tahun 1932 rata-rata 100. Sementara kurva yang sebelah kanan, itu adalah kurva yang menunjukkan hasil tes IQ anak-anak tahun 1997. Lo bisa lihat kalau sekarang rata-ratanya naik jadi 120. Overall, semua data di kurva itu bisa dibilang naik sekitar 20 poin.

Apakah peningkatan IQ Score ini menunjukkan peningkatan kecerdasan?

Jawabannya: Yes. IQ Score ini, meskipun ada kelemahannya, adalah indikator yang lumayan akurat untuk kecerdasan. Perhatiin baik-baik ya kalau baru aja gue bilang IQ Score ini "ada kelemahannya". Jadi, IQ Score ini nggak selalu menunjukkan kecerdasan. Tapi itu kita bahas di lain waktu aja. Untuk konteks ini, IQ Score adalah parameter yang sangat bagus untuk menunjukkan kecerdasan. Jadi, peningkatan IQ Score di grafik di atas itu bener-bener menunjukkan kalau anak-anak jaman sekarang lebih cerdas dibanding anak-anak jaman dulu.

Kenapa anak-anak jaman sekarang lebih cerdas?

Nah, ini pertanyaan menarik. Fenomena ini sebenernya ada namanya: Flynn Effect, diambil dari nama orang pertama kali nunjukin fenomena ini, James Flynn. Fenomena itu intinya: Orang-orang jaman dulu lebih banyak menggunakan cara berpikir yang konkret, sementara orang-orang jaman sekarang lebih banyak menggunakan cara berpikir yang abstrak. Jadi exposure terhadap cara berpikir abstrak inilah yang mengakibatkan orang-orang menjadi lebih cerdas.

Cara berpikir Konkret vs Abstrak

Cara berpikir konkret itu cuma bisa ngelihat permukaan aja. Biasanya dipake untuk menghafal beberapa fakta. Contoh: menghafal silsilah keluarga, menghafal isi teks dari buku, mengetahui kalau kuda bisa dipakai untuk alat transportasi, kambing bisa dimakan, perkutut bisa terbang, dan lain-lain.
Sementara cara berpikir abstrak itu bisa lebih dalam dari cuma permukaan aja. Beberapa elemen dalam berpikir abstrak itu adalah:
1. Klasifikasi
Berbagai fakta yang ada nggak cuma dikumpulin sebagai fakta, tapi bisa kita klasifikasikan. Misalnya, antara kuda dan kambing bisa diklasifikasikan sebagai sesama binatang berkaki empat. Atau bentuk klasifikasi yang lebih advanced, perkutut dan kuda sama-sama masuk klasifikasi hewan bertulang punggung.
2. Penggunaan Logika
Misalkan lo percaya kalau semua cowok itu brengsek. Terus lo baru kenalan sama cowok namanya Adi. Nah, kesimpulannya apa? Kalau kita pakai logika, jelas kesimpulannya si Adi ini brengsek. Meskipun kita belum tau fakta apa-apa tentang Adi, tapi karena lo punya premis "semua cowok itu brengsek", akhirnya lo bisa ambil kesimpulan bahwa Adi pun brengsek. Penggunaan logika ini juga merupakan cara berpikir yang lebih advanced dibanding cara berpikir konkret.
3. Mampu berandai-andai
Maksudnya berandai-andai di sini bukan berfantasi lo lagi jadi Batman atau apa yah. Bahasa inggrisnya sebenernya lebih tepat: "Taking the hypothetical seriously". Maksudnya, lo bisa berandai-andai untuk sesuatu yang nggak pernah lo temuin sebelumnya.
Contoh, misalkan gue kasih lo dua premis. Premis yang pertama, "Semua orang memiliki tanduk". Premis yang ke dua, "Joni adalah orang". Kesimpulannya apa? Sebelum lo memproses ini ke dalam logika, lo harus bisa berandai-andai dulu kalau "Semua orang memiliki tanduk", sesuatu yang tentunya absurd dan nggak sesuai kenyataan sehari-hari. Tapi untuk bisa mengambil kesimpulan "Joni memiliki tanduk", ya lo terima dulu nih premisnya.

Gimana cara meningkatkan kemampuan berpikir abstrak?

Si Jim Flynn juga bilang, cara paling jelas untuk meningkatkan kemampuan berpikir abstrak adalah dengan belajar matematika dan science yang bener (selain math and science, baca buku-buku literature juga sih; tapi untuk bagian ini, nanti lebih detilnya akan ditulis sama Glenn). Maksudnya science itu bukan cuma pelajaran IPA yang lo ketahui yah, seperti Fisika, Kimia, Biologi. Justru gue menekankan sama cara berpikir scientific, di mana segala sesuatu itu untuk dinyatakan benar atau salah, bisa diuji melalui metode ilmiah. Dengan cara berpikir seperti ini, lo juga bisa lihat kalau Sosiologi (misalnya) juga bisa masuk ke dalam Science.
Lo nggak bisa melakukan Science tanpa klasifikasi. Gimana lo bisa mengklasifikasikan makhluk hidup? Gimana lo bisa mengklasifikasikan jenis-jenis bangun di matematika (bangun datar, bangun ruang)? Gimana lo mengklasifikasikan unsur Kimia? Dan lain-lain.
Lo nggak bisa melakukan Science tanpa Logika. Semua mamalia menyusui. Manusia adalah mamalia. Kalau begitu, manusia .... (apa jawabannya?). Bisa lah ya. Contoh lain lagi: Gue punya persamaan Y = X + 3. Kalau X = 2, berarti berapa nilai Y? Soal seperti ini juga contoh penggunaan logika.
Lo nggak bisa melakukan Science tanpa berandai-andai. Gue yakin lo belum pernah lihat atom kan? Belum pernah lihat elektron kan? Nah, lo harus bisa berandai-andai untuk bisa ngerti konsep atom, konsep elektron, dan lain-lain. Lo harus bisa membayangkan gaya untuk bisa ngerti Fisika.
Itulah sebabnya dengan belajar Science yang bener, kemampuan kita akan 3 hal itu jadi meningkat. Efeknya adalah kecerdasan kita pun jadi meningkat karena 3 hal terus-menerus dilatih. Kalau kita udah cerdas, nanti mau belajar apapun gampang deh, asal suka.
Btw, contoh-contoh di atas itu gue ambil yang sederhana-sederhana yah. Di dalam Science, contoh-contoh yang lo hadapi tentunya lebih rumit dan lebih kompleks dari yang gue sebutin di atas. Semakin tinggi tingkat kerumitan yang bisa lo atasi, kecerdasan lo bisa semakin meningkat juga tentunya.

Jadi intinya...

Jadi jelas yah, kalau mau cerdas, latih diri lo terus-menerus untuk berpikir abstrak, jangan cuma berpikir konkret. Inget bedanya, berpikir konkret itu cuma tau permukaan, biasanya cuma untuk menghafal ini dan itu. Sementara, berpikir abstrak itu lebih dari sekedar permukaan. Lo harus bisa melakukan klasifikasi, harus pake logika, dan harus bisa berandai-andai. Kalau lo belajar apa-apa, belajarlah sampe bener-bener ngerti konsepnya. Gitu aja sih...

Sumber: Zenius.net/blog

Kata Siapa Maen Game Itu Gak Ada Manfaatnya?

Video game itu bagus buat lo

Loh, kenapa gitu? Bukannya main video game itu cuma buang-buang waktu ya? Bukannya main video game itu ganggu kita belajar? Bukannya video game itu bikin kita bego ya?
Gue mau bilang di tulisan ini, kalo semua itu salah. Video game itu buruk kalau lo mainnya kebanyakan. Nah, kata kuncinya adalah “kebanyakan”. Kalo kita lihat definisinya, kebanyakan artinya lebih dari yang dibutuhkan. Ya semua hal kalo kebanyakan, gak baik, lah. Contoh, deh. Lo pasti setuju kalo makan atau tidur itu hal yang baik. Iya, lah. tapi, kalo makan atau tidur kebanyakan, gimana? Gak baik. Bukan berarti artinya lo jadinya gak makan atau tidur, kan? Tapi ya akhirnya lo batasin makan atau tidur lo supaya gak kebanyakan.

Nah, trus, bagusnya video game buat kita, apaan sih ?? Oke gua coba jelasin ke lo yah..

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM-SOLVING DAN KREATIVITAS

Video game dapat meningkatkan kecepatan otak memproses informasi, meningkatkan kemampuan reasoning, dan problem-solving. Orang yang maen video game kemampuan kognitifnya 20% lebih tinggi  dibandingkan yang gak maen video game
Kenapa bisa gitu? Sebenernya video game itu isinya serangkaian problem yang harus lo selesein, kan? Untuk namatin sebuah game, lo harus nyelesein masalah-masalah yang ada di situ dulu.
36h95yLo harus nyari informasi, analisis, coba-coba berbagai macam cara, rencanain strategi untuk lewatin sebuah level atau stage. Ditambah, lo harus ngerti peraturan-peraturannya, struktur, gimana hal-hal dalam game itu berinteraksi satu sama lain. Setelah lo ngerti itu semua, lo punya kendali akan hal yang ada di situ. Ini yang sebenernya meningkatkan kreativitas. Gimana cara lo menyelesaikan masalah di dalam game, itu terserah lo, yang penting masalah terselesaikan. Tergantung lo sukanya kayak gimana. Pada akhirnya, lo mengekspresikan hasil pemikiran lo.
Trus, gunanya ini semua buat lo, apa? Jelas.. soal-soal itu kan sebenernya adalah sebuah problem yang harus lo selesein. Intinya, proses berpikir yang lo lakuin ketika ngerjain soal dan nyelesein level atau stage di game itu sama persis. Dengan maen game, proses berpikir itu terlatih sambil lo ngisi waktu luang lo buat have fun !

Buat sarana belajar Bahasa Inggris

Lo bisa belajar bahasa inggris dari video game, men. “Kalo belajar Bahasa Inggris, kan gak harus main video game, bisa yang lain”. Memang belajar bahasa inggris gak cuma bisa dari game, tapi video game punya hal penting yang media lain gak punya, yaitu keterlibatan diri lo. Misal, lo nonton film, walaupun lo gak sepenuhnya ngerti apa yang terjadi, ya ceritanya tetep berjalan. Buku juga kaya gitu. Lo ga sepenuhnya ngerti halaman sebelumnya, tapi ya bisa aja lo lanjut ke halaman selanjutnya. Nah, dalam video game, kalo lo gak ngerti apa yang terjadi, lo harus ngapain dan harus ke mana, ya lo stuck. Gak bisa ngelanjutin ceritanya.
Video game menuntut lo untuk ngerti semua yang terjadi. Lo harus ngerti semua vocab dan grammar yang ada. Salah ngerti, ya gak bisa ngapa-ngapain karena salah informasi dan akhirnya lo salah tujuan. Jadi, dengan maen video game, kalo ada yang lo gak ngerti, lo ada keharusan untuk nyari tau. Dengan gitu, ya lama-lama bahasa inggris lo meningkat, dong.
Note: Hal ini berlaku untuk game yang memiliki cerita, bukan game macam candy crush atau angry birds.

Lo bakal lebih cepet ngambil keputusan

Orang yang maen game memiliki kemampuan mengambil keputusan 25% lebih cepat dari yang tidak maen gameKenapa bisa gitu? Dalam video game sering banget butuh kecepatan lo ngambil keputusan. Lo dikasih suatu masalah, dan harus secepat mungkin nyelesein itu. Kalo enggak, ya kalah. Sebenernya, ini gak jauh-jauh dari nomor 1 di atas. Kemampuan problem-solving dilatih terus-menerus, ya lama-lama ngambil keputusan untuk nyelesein masalah itu akan jadi lebih cepet.
Trus, pentingnya ini buat lo, apa? gini. Kalo lo ngerjain soal, gak ada batas waktunya, ya ini gak ada gunanya. Lo ngambil keputusan cepet -> ngerjain soal lebih cepet.

Lo bakal lebih gampang inget dan fokus

Maen video game dapat meningkatkan short-term dan long-term memory, serta fokus.  Gila. Main video game bisa bikin ingatan lo lebih baik, trus bikin lo lebih gampang fokus. Kenapa bisa gitu? banyak hal yang harus lo perhatiin pas main game. Misal darah lo, darah musuh lo, arah tembakan lo, arah gerakan lo, musuh lo ada di mana, skor lo, peluru lo, dll. Lo harus perhatiin semuanya, tapi harus juga tetep fokus ke satu hal, yaitu masalah yang harus lo selesein. Bengong dikit, kalah. Jadi, lo dilatih untuk multitasking, tapi tetep fokus. Lo dituntut untuk inget semua informasi itu, sembari ngejalanin karakter lo.
Trus, pentingnya ini buat lo, apa? jelas banget lah ya buat yang ini. Memory lo jadi lebih bagus, jadi pas ngerjain soal gak bengong-bengong lupa. Fokus? Ya lo ngerjain soal jadi gak gampang terganggu. Bisa lebih cepet, gak dikejar-kejar waktu, deh.

Ningkatin kemampuan membaca

Maen video game selama dua belas jam lebih meningkatkan kemampuan membaca daripada baca buku selama dua belas jam, karena peningkatan attention span.  Nah, sebenernya ini masih ada hubungannya sama nomor 4. Karena bisa lebih fokus, kemampuan membaca lo meningkat. Bahkan lebih meningkat lo main game dibanding lo baca buku, gila gak?
Maksudnya kemampuan membaca meningkat, tuh apa sih? Lo bisa ngerti isi dari suatu bacaan lebih cepet. Trus, gunanya buat apa? waktu lo baca teks-teks panjang jadi gak kebuang. Penting, kan?
Nah satu lagi yang paling penting dan sayang banget kelewat, dengan segudang manfaat yang bisa lo dapet itu, ujung-ujungnya semua itu bisa lo dapet dengan cara fun! Oh ya, satu lagi nih bocoran dari gua, bisa gua bilang semua tutor-tutor zenius yang lo dengerin videonya tuh gamer semua ! Kalo gak percaya coba aja tuh lo tanyain mereka di twitter. Siapa tau ada yang tertarik ngajak ngadu maen game, hahaha..

Gimana? Masih nganggep main game itu buang-buang waktu? Have fun gaming !

Sumber: Zenius.net/blog

Aktivasi Otak Tengah.. Beneran Gak Tuh?

Beberapa tahun yang lalu pernah ada fenomena yang cukup menggemparkan di Indonesia, namanya Program Aktivasi Otak Tengah (Selanjutnya disebut AOT). Program AOT ini marak tampil di berbagai acara televisi, mengundang beberapa tokoh pendidikan Indonesia, hingga ikut memecahkan rekor MURI.

Mungkin bagi sebagian orang udah pada tau, mungkin ada teman ato saudara kamu yang pernah ikut? Atau mungkin belum pernah dengar sama sekali? Nah buat yang belum tau nih..
Coba lo bayangin deh, kalo lo punya kemampuan melihat dengan mata tertutup dan jadi jenius dalam sekejap! Pasti mau dong?! Apalagi kemampuan ini didapat dengan sangat mudah hanya dalam waktu beberapa hari.
Daya ingat lo meningkat, semakin kreatif, hormon lo jadi lebih seimbang, emosi jadi lebih stabil. Sebagai bonusnya, lo bisa meramal masa depan, melihat, membaca, bahkan naik sepeda dengan mata tertutup.
Oke, berikut gw kasih gambaran singkat tentang program Aktivasi Otak Tengah (AOT).

KLAIM PROGRAM AOT :

" Otak tengah (mesenchepalon) adalah bagian otak yang dominan pada saat pembentukan janin. Otak tengah merupakan super controller yang dapat mengatur keseimbangan otak kanan dan otak kiri.

Sayangnya, otak tengah kebanyakan orang dalam keadaan tertidur (tidak aktif). Pengaktifan otak tengah dapat dilakukan untuk anak-anak berusia 5-15 tahun. Ada banyak cara pengaktifan otak tengah. Cara paling mutakhir adalah dengan menggunakan metode ilmiah, dengan bantuan teknologi komputer. Dalam keadaan aktif, otak tengah mampu meningkatkan konsentrasi, kemampuan sosial, kemampuan fisik, meningkatkan kreativitas, dan keseimbangan otak kanan dan kiri. Selain itu, otak tengah juga bertindak sebagai pemancar gelombang sekaligus penerimanya. Hal ini memberikan kemampuan anak untuk dapat melihat dengan mata tertutup."


Keren ga tuh? Gw juga mau kalo kayak begitu!

Tapi… Kalo otak tengah sebombastis itu, kenapa kita ga pernah dengar sebelumnya? Kenapa informasi sepenting ini ga ada di buku biologi sekolah yang gw pake pas ngajar di kelas?
Kalo klaim ini emang benar, kebayang ga implikasinya? Kemampuan ini bisa mengatasi kebutaan, menghapus perjudian di muka bumi, berguna bagi militer, berguna dalam evakuasi gempa, ga ada lagi ujian tertulis karena mudahnya mencontek. Ini bisa mengubah dunia!
Pelatihan yang berdurasi ga nyampe seminggu dan biaya yang paling mahal 5jt, ga seberapa dibanding manfaatnya. Lembaga riset sampe dinas keamanan dari negara mana pun pasti tertarik. Tapi kenapa cuma booming di Indonesia doang?
So atas saran dari Glenn dan diskusi dengan seorang teman bernama Virkill yang pernah secara langsung meneliti tentang program aktivasi otak tengah. Gua coba telusuri fenomena ini dan membuat rangkuman singkatnya di blog ini...

Fakta Ilmiah Otak Tengah

Walaupun deskripsi program ini banyak dibubuhi istilah yang terdengar ilmiah, tapi gua mengambil posisi skeptis dan mencoba untuk menelusuri beberapa sumber ilmiah yang terpercaya
Berikut deskripsi otak tengah yang gw ambil dari ensikolepdi Britannica Raya, jurnal Oxford, fakultas kedokteran universitas Columbia University.
Gambar 2 AOTOtak tengah atau mesencephalon atau midbrain adalah area otak yang menghubungkan otak depan (forebrain) dan otak belakang (hindbrain).
Otak tengah berfungsi mengontrol respon penglihatan, pendengaran, gerakan bola mata dan dilasi pupil, gerakan motorik, kewaspadaan (alertness), serta mengatur suhu tubuh.
Kelainan fungsi pada otak tengah dapat menyebabkan pergerakan bola mata yang abnormal, penyakit Parkinson, hingga stroke.
Dari definisi singkat di atas, ada 4 poin yang ingin gw highlight:
1. Otak Tengah Udah Aktif Sejak Lahir. 
Menggunakan alat-alat kedokteran canggih, seperti PET scan atau MRI, kita bisa lihat bahwa dalam situasi apa pun, ga ada area di otak yang ga aktif, kecuali otak lo mengalami gangguan atau lo udah meninggal. Setitik aja ada yang salah dengan neuron (sel saraf) di otak lo, pasti menimbulkan efek serius. Kalo otak tengah kita ga berfungsi, ya kemungkinan kita bakal buta, tuli, lumpuh, Parkinson, sampe stroke. Kenyataan lo sehat wal afiat dan bisa baca tulisan ini sekarang adalah bukti kalo otak tengah lo berfungsi dengan baik.
2. Otak Tengah Tidak Menghubungkan Otak Kiri dan Kanan
Penghubung otak kiri dengan otak kanan itu corpus collosum dan udah kehubung sejak kita lahir. Pras (tutor Biologi zenius) pernah ngebahas tuntas tentang otak kiri-kanan juga di blog ini. Dari definisi ilmiah sebelumnya di atas, otak tengah itu menghubungkan otak depan (forebrain) dan otak belakang (hindbrain).
3. Otak Tengah Ga Memancarkan Gelombang seperti Antena Pemancar
Kalo emang ada gelombang, jenis apa? Sifat gelombangnya bagaimana? Panjang gelombangnya? Harus bisa terukur dan dibuktikan dong. Ga ada satu pun sumber referensi dan jurnal ilmiah terpercaya yang mengkonfirmasi kalo otak tengah bisa memancarkan dan menerima gelombang.
4. Otak Tengah Bukan Komponen Tunggal dan Ga Ada Hubungannya dengan Kemampuan Sosial
Setiap bagian di otak memiliki fungsinya masing-masing dan bekerja sama satu sama lain menciptakan keharmonisan kerja tubuh manusia. Fungsi spesifik otak tengah yang sebelumnya disebutkan di atas juga ga ada hubungannya dengan kemampuan sosial.
Gw ambil analogi dengkul (lutut) deh. Tanpa dengkul, kita ga bisa jalan, nendang, lari, dan lain-lain. Kalo kemampuan lutut hilang, ya lama-lama kita bisa sih kehilangan rasa PD, kuper, dll. Dengkul emang penting, tapi apa dia komponen yang bekerja sendiri tanpa paha, tulang kering, betis, dll? Dan lutut juga udah berfungsi sejak lahir. Ga ada namanya aktivasi lutut.

Menyelidiki Kemampuan Membaca dengan Mata Tertutup

Program AOT mengklaim bisa memberi bonus kemampuan membaca dengan mata tertutup. Cara kerjanya menggunakan gelombang tadi. Otak tengah memancarkan gelombang, pantulannya diterima balik oleh otak tengah. Hemhh... mirip kemampuan lumba-lumba, kelelawar, atau cara berjalan bagi penyandang tuna netra.
Tapii.. Membaca dengan mata tertutup beda lho dengan berjalan dengan mata tertutup. Ketika berjalan dengan mata tertutup, kita bisa mengetahui jarak dan lokasi benda di sekitar dengan menggunakan tongkat atau meraba-raba. Lah, kalo tulisan di kertas? They’re all the same, bro-sist.. seriously! Dan sebelumnya udah kita bahas, otak tengah ga punya kemampuan seperti antena pemancar.

Pertama-tama, sebenernya gimana sih proses seseorang bisa membaca? Cahaya mendarat di kertas. Pantulan cahaya tersebut diterima oleh organ optik kita, yaitu mata. Impuls cahaya itu jatuh sampai di retina mata dan diteruskan ke otak yang mengartikan simbol-simbol huruf untuk kemudian dibaca. Ga ada organ lain di tubuh manusia yang mampu mengenali cahaya selain mata. Ketika mata ditutup, gimana kita bisa menerima impuls cahaya tersebut?
Organ peraba bisa dipake untuk mengetahui informasi tekstur dan suhu benda. Hidung menerima sensor bau, telinga buat suara, lidah buat rasa. Apakah warna memiliki bau? Suhu memiliki warna? Mencium suatu benda untuk menentukan warna sama dengan memotret pake microphone.

Gambar 3 AOT
Banyak lembaga besar dunia yang menawarkan kemampuan membaca (ya ga Cuma lembaga AOT aja) dengan mata tertutup justru dibongkar sebagai kepalsuan. Hingga saat ini ada puluhan lembaga lain yang masih menawarkan hadiah uang dalam jumlah banyak untuk sekedar “pembuktian” akan kemampuan ini.


parodiotaktengah1
Mau tau cara buktiinnya? Lo bisa coba sendiri. Tapi tentunya lo harus menguji ke anak yang ngaku “telah teraktivasi” otak tengahnya. Kalo lo nemu yang ngaku bisa gitu, coba lu tangkep terus karungin, hehehe. Berikut adalah cara pembuktian yang biasa dilakukan.
  1. Bukan matanya yang ditutup, tapi tulisannya yang ditutup kain. Kalo emang ada gelombang dari otak tengah yang bisa menembus tengkorak dan kain, seharusnya bisa dong.
  2. Celah bawah kain yang menutupi mata ditutup dengan selotip hitam untuk memastikan ga ada celah buat ngitip.
  3. Penggunaan kaca mata renang, di mana bagian tembus pandang disemprot pake spray hitam.
  4. Kondisi mata tertutup dengan kain seperti biasa, tapi posisi kertas sejajar dengan mata, ga boleh dongak.
  5. Posisi kertas di atas atau di belakang kepala
  6. Mata dibiarkan terbuka, anak diminta lirik ke atas. Posisi kertas di dada anaknya. Mau mencium silakan, tapi ga boleh nutup mata atau lirik ke bawah.
Sampai dengan saat ini, BELUM ada satu pun anak AOT ataupun metode membaca dengan mata tertutup di dunia yang berhasil lolos tes di atas!

Kenapa Anak Kecil?

Kenapa AOT hanya menargetkan anak kecil dan bukan orang dewasa? Apa anak-anak itu diajarin buat berbohong? :(
Lembaga AOT akan dengan gampang menjawab anak kecil berada dalam usia perkembangan dan mudah menangkap sesuatu.
Sebenarnya, ada yang lebih tentang anak kecil..
Anak kecil punya daya imajinasi yang sangat kuat. Masih ingat ga pas kecil, kita berfantasi jadi tuan putri, kursi ruang tamu dianggap sebagai bongkahan gunung dan lantai adalah magma gunung berapi, bantal dianggap buaya. Kita nganggap diri kita superhero yang datang untuk menyelamatkan dunia, atau sekedar pamer kekuatan. Kita suka cerita tentang kekuatan super dan memiliki imajinasi luar biasa. Kemudian naifnya menganggap kekuatan tersebut “mungkin” dimiliki manusia. Batasan imajinasi dan realita jadi tipis dan kita belum ada kekritisan ke situ.
Di sisi lain, anak kecil yang dididik dengan baik tentu ga suka berbohong. Namun satu yang pasti, anak-anak sangat sensitif dengan pendapat orang lain mengenai dirinya. Anak kecil ga suka direndahkan, terutama oleh teman dan orang tuanya sendiri. Kalo ada yang ngejek, sampai ga mau sekolah dan perlu diming-imingi mainan sama ortu. Banyak anak yang ingin berprestasi untuk ngebuat orang tuanya bangga dan membanggakan dirinya. Inget aja pas kita masih kecil. “Ih, kemarin papa ku beliin aku boneka baru dong”, “Mama ku beliin aku boneka 3”, “Aku dibeliin satu kotak”. “Papa ku manajer”, “mamaku direktur”, “ayahku presiden!”
Dengan mudahnya anak kecil bisa berbohong.
Bayangkan kalo ada yang mengatakan, “Jika kamu cerdas, kamu bisa membaca ini dengan mata ditutup.” Ketika semua orang berharap padanya, anak kecil jadi merasa terancam dianggap ga cerdas kalo ga mampu melakukannya. Sementara itu, dengan penutup mata, akan mudah mengintip. Sebagian anak pun “terpaksa” berbohong  untuk menyelamatkan harga diri.
Kalo jujur, dia akan direndahkan, dianggap ga cerdas, dan kesannya bikin malu orang tua yang udah ngeluarin duit jutaan rupiah. Kalo dia bohong, dia dianggap jenius dan mendapat pengakuan. Dengan batasan imajinasi dan realita yang tipis, dia akan cenderung terus mempertahankan kebohongannya bahkan menciptakan kebohongan-kebohongan lain. Miris yah? *sigh*

Kenapa sampai sekarang masih banyak yang percaya dengan Aktivasi Otak Tengah?

Pernah tau efek placebo?  Ketika kita percaya atau diminta percaya bahwa suatu hal akan memberikan manfaat tertentu, ketika ada indikasi manfaat itu beneran kejadian, kita akan mencocok-cocokkannya berkat perlakuan tersebut. Bias konfirmasi. Sama lah kayak kasus astrologi.
Pernah ada penelitian placebo effect ini oleh H.K. Beecher. Dia mengevaluasi 15 kasus kesehatan dengan jenis penyakit yang berbeda dan menemukan bahwa 35% dari 1082 pasien mengaku merasa sembuh secara memuaskan tanpa mengetahui bahwa treatment medis yang diberikan pada mereka hanyalah  obat-obatan palsu yang sebenarnya adalah hanya vitamin atau bahkan permen. Itulah placebo, atau dikenal masyarakat dengan istilah sugesti.
Dalam kaitannya dengan  Program AOT, banyak orang tua yang terlanjur percaya dengan promosi, testimoni, serta menyaksikan sendiri aksi “membaca dengan mata tertutup”. Orang tua akan merasa apa pun jadi mungkin setelah hal yang mustahil terjadi. Dengan keyakinan ini, apa pun pertanda positif yang muncul dari sang anak akan dimaknai sebagai hasil dari AOT. Ini nambah kepercayaan buta ke AOT. Sementara itu, sang anak yang percaya efek-efek dari aktivasi, akan tersugesti untuk memberikan efek sesuai yang diharapkan, seperti patuh pada orang tua, lebih tenang, dsb.
Itulah yang menyebabkan kenapa program-program AOT ini bisa sampai booming, bahkan masih marak di beberapa tempat di Indonesia hingga saat ini.
***
Ortu emang selalu ingin yang terbaik buat anaknya, dan sebagai anak juga pasti ingin membanggakan ortu. Namun, miris rasanya jika kebanggaan itu didasarkan pada kebohongan dan kepalsuan. Dari sini gua harap kita semua belajar sesuatu, yaitu untuk menyingkai SEGALA FENOMENA yang ada di sekitar kita secara kritis. Gali lagi kebenaran akan setiap hal. Salam Kritis dari Zenius !

Sumber: Zenius.net/blog

Bedah Tuntas Mitos Otak Kanan / Otak Kiri

“Men.. Lu ga cocok masuk IPA karena lu dominan otak kanan”
“Anak IPS tuh cocok jadi businessman, dominannya otak kanan kata seminar2 bisnis”
“Gw kayaknya kebanyakan make otak kiri nih, apa aja gw itung termasuk probilitas nembak cewe”

Pernah ga denger kalimat-kalimat serupa di obrolan sehari-hari?. Pengalaman gw sendiri, pernah denger bahasan otak kiri dan kanan mulai dari pengajar di ruang kuliah, pembicara di seminar bisnis sampe sesama penumpangi angkot yg lagi ngetem. Kayaknya percakapan dan “fakta” tentang otak kiri dan kanan udah dapet status kebenaran. Layaknya fakta sains lainnya seperti hukum gravitasi dan teori evolusi.

myth left-right brainImage Courtesy of http://www.cartoonaday.com
Pada tau darimana perihal pembedaan otak ini berasal? Dan kenapa kayaknya diyakini banget kebenarannya? Ok gw akan bahas di tulisan ini mulai dari
  1. Asal usul mitos, yg berasal dari Pa De Paul Broca, ilmuwan dari Prancis.  Yang kebetulan profesinya Neurosaintis yg hobinya bedah2 otak.
  2. Berkembangnya mitos Otak Kanan dan kiri dari istilahnya yg bener yakni Brain Lateralization.
  3. Dampak mitos pada pembagian jurusan, cara belajar dan bahkan sampe ke kuliah & kerjaan.

Asal usul mitos

Ada musium di Paris yg namanya susah, Musee de l’Homme. Salah satu koleksinya adalah deretan toples-toples diisi cairan formalin dan benda mengambang dalamnya adalah otak manusia. Mulai dari otak orang2 yang dianggap jenius sampe pembunuh dan psikopat diawetin disana. Salah satu toples tersebut berisi otak seorang ahli bedah otak (Ironis ya? hehe..), dan pada labelnya tertulis Paul Broca.
Siapa sih Paul Broca? Dan kenapa ditaro di awal bagian tulisan ini? Dia termasuk yang pertama yang ‘ngeh’ kalo ada bagian di otak yg bertanggung jawab untuk kemampuan bicara kita. Ada daerah di sekitar depan sebelah kiri otak yang kalo rusak, bisa bikin orang tersebut kesulitan bicara, daerah ini dinamain Area Broca. Jadinya orang bakal menderita kesulitan bicara dan berkomunikasi ketika pembuluh daerah di Area Broca pecah dan menderita stroke ringan.
Broca juga saintis pertama yang bilang kalo orang yang menderita epilepsi, bisa berkurang kejang-kejangnya kalo ‘jembatan’ antara otak kiri dan kanan, yg namanya corpus colossum, diputus. Dan emang hasil penelitiannya membantu banyak orang yg menderita epilepsi bisa hidup secara normal tanpa takut kejang2 dan tersedak kala gejala itu muncul. Jadi maklum aja kalo pendapat Broca tentang dualitas fungsi di otak sangat dihormati dan diterima luas di masyarakat sains pada saat itu.

Berkembangnya mitos

Pendapat Broca tentang adanya area spesial di otak untuk kemampuan bahasa. Dan ditambah bukti-bukti dari rekan dokternya tentang pasien yg mengalami kesulitan bicara ketika terjadi stroke di otak sebelah kiri. Kedua hal tersebut bikin orang2 banyak mengasosiasikan otak kiri dengan kemampuan berbahasa dan kompleksitas sintaksis berbahasa. Ga salah juga sih, ada percobaan sebagai berikut, coba baca kalimat dibawah:
The boogles are blundling the bludget
The boogles is blundling the bludget

Jangan khawatir kalo lu ga ngerti artinya, itu kata-katanya asal aja ko, hehe.. Tapi orang yg punya kerusakan di bagian kiri otak akan kesulitan bedainnya. Untuk yg ngerti grammar jelas yg benar adalah yg pertama. Boogles dengan akhiran ‘s’ menunjukan plural dan diikuti oleh ‘are’. Walau kata-katanya ga ada arti, ada bagian di otak yg nentuin grammar.
Selain susah bedain grammar, kadang ada kondisi yg namanya Aphasia. Sering ga lu, susah mau bilang suatu kata tapi tau artinya. Lu mau bilang ambilin pensil tapi tangan lu bikin gerakan nulis dan pala lu geleng-geleng sambil bilang “itu.. tuh.. ah apa sih.. ya pokoknya itu lah”. Nah, kalo kerusakannya di Area Broca, orang bahkan jadi bener-bener gak bisa nyebutin nama barang-barang, tapi bisa deskripsiin bentuk, warna dan guna barang2 tersebut.
Agnosia picture
Kalo kiri kuat korelasinya dengan grammar dan sintaksis, gimana dengan otak belahan kanan? Dan darimana mitos populer yang bilang kalo otak kanan tuh cocok untuk artist dan bisnisman yg ga perlu kalkulasi rumit? Kalo kondisi susah nyebut nama barang adalah Aphasia, nah ada kembarannya di otak kanan namanya Agnosia. Kelainan yg diakibatkan kerusakan di bagian kanan akan nimbulin kesulitan mengenali pola yg biasa dengan mudah kita kenalin, yaitu muka manusia. Heh? Ko bisa? Bukannya secara evolusi kita akan kenal pola apa pun yang mirip muka manusia? Nah coba kita masuk ke dunia orang Agnosia dengan mengenali gambar apakah di kanan ini?
Bisa liat jelas kan? Muka siapa hayo? Coba balik gambarnya. Yangg pake Hape atau laptop gampang, nah yg pake PC mohon bantuan orang lain untuk jungkir balikin monitornya :D . Sebelum lu balikin gambarnya, pasti otak lu berusaha keras ngenalin pola atau gambar apaan sih? Itulah Frustasinya orang yg kena Agnosia untuk mengenali pola-pola gambar dan gambar yang overlap.
Dari kedua kondisi tadi:
Aphasia, kesulitan berbahasa akibat kerusakan di otak bagian kiri dan..
Agnosia, kesulitan mengenali pola akibat kerusakan di otak bagian kanan, maka...

Muncul lah pendapat berlebihan di luar wilayah kedokteran, malah lebih ke arah psikologi praktis dan populer, kalo Otak bagian kiri untuk hal-hal yg runut seperti linguistik atau kalkulasi. Dan konsekuensinya orang-orang yg kerjanya insinyur atau saintis dan ahli bahasa “kuat” di otak bagian kiri. Dan pasangannya, Otak bagian kanan untuk hal-hal seperti visual atau sensor spasial (ruang), maka org yang suka gambar atau kerja di bidang visual “kuat” di bagian kanan.
“Trus ya gapapa lah ada pendapat gitu, toh ada benarnya dari sejarah neurosains jaman Broca. Lagian juga orang-orang nyaman dengan pembagian otak kiri dan kanan, dan akhirnya kita ga bisa maksa org yg suka Seni untuk belajar Matematika kan?”
 
Tunggu dulu, seperti juga makan sate kambing, kalo keblablasan juga ga sehat. Sama halnya pendapat di sains... #ApaSih

Dampak Mitos

Iya memang ada area atau bagian di korteks otak kita yg bertanggung jawab untuk hal-hal tertentu, seperti bahasa dan visual. Tapi kenyataannya, dalam proses berpikir dan menerima input sinyal dari indera, otak kita bekerja secara bersamaan atau simultan. Pelukis memang make bagian kanan otak untuk nerima sinyal warna dan bentuk, tapi dia juga make otak bagian kiri untuk koordinasi gerakan halus nyapu kuas di kanvas. Saintis yg lagi ngitung kurva kecepatan maksimum Enzyme emang make otak kiri untuk kalkulasi konsentrasi enzim, tapi otak kanan juga berperan untuk ekstrapolasi data di grafik. Bahkan orang yg lagi nyanyi sebenarnya gunain dua bagian otak secara simultan dengan bantuan bagian Amygdala untuk emosinya.
Kadang, fakta sains itu suka dibikin lebay sama kalangan yang ga dalemin sains. Contoh kasus gampang deh, ada buku bisnis yang judulnya berbau-bau DNA (lu cari di toko buku juga pasti nemu - you know what I mean). Nah buku itu analogiin orang2 di perusahaan sebagai DNA yg bisa “termutasi” dan berubah jadi baik seperti di evolusi gen. Mungkin dari sinilah istilah mutasi pegawai negeri jadi populer. Huahaha...
Nah, dampak Mitos yg kentara banget dan bikin kesalahpahaman makin melebar adalah :
  1. Dikotomi antara orang bidang Seni atau Sosial dan Sains. Dibilang kalo, dua bagian itu bertolak belakang. Banyak yg bilang “Sosial itu gak kayak sains yang dari A ke B” atau “Sains itu ilmu pasti gak kayak Sosial” dan bahkan “Seni tuh jangan pake logika”. SALAH BESAR MASBRO ! Semua kesalah pahaman itu muncul karena udah ada prasangka kalo kita ditakdirkan kuat di otak kanan atau di kiri.
  2. Salah Penjurusan di Sekolah atau Kuliah. Kalo kita jago banget kalkulus ya masuknya jurusan eksakta (nama eksakta yg artinya “Pasti” aja udah salah). Trus kalo kita ga bisa kalkulus kita masuk ke sosial atau bahasa gitu? Udah cukuplah kesalahpahaman orang2 jaman gw sekolah atau ortu kita yg ngebagi sembarangan pelajaran di sekolah dengan istilah Sosial dan Sains plus Bahasa. Jujur aja anak Bahasa sering banget jadi kasta beda dari Sains, bener ga? Kenyataannya bagian otak yg tanggung jawab untuk ngitung Trigonometri dan mahamin grammar ada di satu area? Lah gimana kalo jurusannya di sekolah dipisah?
  3. Otak kanan diperluin buat sukses bisnis. Ini beneran jadi jargon yg populer di seminar bisnis, baik di dalam atau luar negeri. Singkatnya mereka bilang kalo lu mau jadi entrepreneur harus pake otak kanan. Alasannya? Otak kiri kan buat kalkulasi jadi malah bikin lambat aja. Kalo lu mau bisnis lu harus terjun langsung ga pake mikir lama, ga pake itungan rumit untung rugi, lu jalanin aja dulu, yang penting langsung jadi member dan apakah lu punya mimpi?.. Eh oops keterusan biasa denger diprospek sama yg nawarin MLM, hehe..
Dari tiga dampak mitos otak kiri dan kanan yg paling deket kena sama lu semua adalah nomor 1 dan 2. Jadi apa donk nasihat bijak mengenai dampak mitos ini?? Tulisan ini ga berusaha ngasih lu saran untuk milih jurusan apa nanti di SMA atau di kuliah, untuk tema yang satu ini udah diwakilin sama tulisan Faisal yang keren banget tentang gimana cara milih jurusan yang tepat. Tulisan ini ngasih latar belakang berkembangnya dan fakta yg beneran di sains. Makanya dari dulu Wisnu udah tekanin berkali-kali tentang pentingnya berpikir kritis ! Dengan berpikir kritis lu bisa bikin keputusan berdasar fakta yg bener. Selain itu lu juga bisa ngasih “pencerahan” untuk orang-orang yang salah menghakimi orang2 dengan membaginya berdasarkan Kanan dan Kirinya otak.
Brain lateralization atau pembagian otak bagian kanan dan kiri berikut spesialisasi bagian tertentu untuk fungsi tertentu emang betulan diteliti di sains. Tapi apakah minat dan bakat lu udah Hardwired atau pasti dan ga bisa diubah-ubah? Apakah bakat seni selalu bertolak belakang sama sains? Apakah kemampuan analisis sosial ga merluin rigiditas dari sains? Apa pun yg kita kerjain akan gunain dan manfaatin dua bagian otak, kanan dan kiri secara simultan.
Jadi Otak dan bakat ga sesimpel judul albumnya Bon Jovi, “This left feels right...”
Salam Berpikir Kritis !

Sumber: Zenius.net/blog

Pentingnya Berpikir Kritis

"It is the mark of an educated mind to be able to entertain a thought without accepting it." - Aristotle
Hai zenius fellow!
Kali ini gw mau ngebahas tentang critical thinking! Ada paragraf lucu deh. Gue dapet dari internet, Lisa Shea (http://www.lisashea.com/hobbies/art/general.html).
Di situ, dia lagi ngebahas tentang Da Vinci Code.
“I’m really happy the book has gotten people to think - but it concerns me that people then come to me and say “OK tell me the truth!” These people are now sure that the church has been lying to them and they want to blindly believe another person? I have a LARGE list of source reference books. Go read them! Exercise your brain! Figure out for YOURSELF what is true and what is not. If all you do is sit back and say “OK I will believe someone else now”, then you’ve missed a main point of my website. The point is that people are free when they learn for themselves what to believe.”
Iya. Lucu! Tapi, jangan-jangan kita adalah salah satu orang yang kayak gitu. Setelah denger (atau baca) sesuatu, yakin kalo ada yang salah terus kita malah percaya buta sama orang lain. Hihihi… kayaknya lucu sih. Tapi, sebenarnya ini mengkhawatirkan. Di era informasi ini, kita harus bisa kritis, Bung!
Kalo nggak kritis, gampang banget ditipu sama berbagai macam teori konspirasi, hoax, dan macem-macem lainnya. Jangankan kalo lo nggak kritis. Lo kritis aja, masih bisa ketipu.

Fenomena Air HADO

Gue pernah baca sebuah buku tentang Air HADO. Yang ngarang namanya Emoto. Melihat keterangan tentang pengarangnya, Emoto ini tidak memiliki latar belakang sains. Tapi, berhubung dia mengambil liberal art (yang diterjemahkan secara tidak tepat sebagai “seni bebas”), gue pikir dia tidak akan menulis sesuatu hal secara sembarangan.
Jadi gini. Menurut Emoto, air akan mendengarkan perkataan-perkataan manusia. Dia melakukan eksperimen sebagai berikut:
  1. Ambil air suling, letakkan pada botol.
  2. Tuliskan kata2 positif pada botol tersebut. Misalnya, “Love and Thank you”, “Arigato”, dan sebagainya.
  3. Bekukan air tersebut sampai mencapai suhu −25 °C (−13 °F).
  4. Foto hasilnya.
Menurut Emoto, kristal yang terfoto itu hasilnya akan sangat bagus. Begitu juga kalau air itu didengarkan dengan lagu-lagu klasik atau didoakan. Tapi, menurut Emoto juga, air tidak akan menunjukkan kristalnya ketika ia dituliskan kata-kata negatif seperti “bego lu” atau yang lain. Ia juga tidak membentuk kristal jika terkena radiasi gelombang elektromagnet dari televisi, handphone, dsb. Lagu-lagu heavy metal juga akan membuat air ini tidak mengkristal.
Saat gue baca buku itu. Gue belum menemukan kesalahan dari penelitiannya. Berhubung gue percaya sama data-data yang dia berikan, gue cuma bisa bilang, “itu mungkin aja bener. Tapi, belum ada hipotesis yang bisa menjelaskan kenapa itu semua terjadi”. Dua kejadian yang terjadi secara berurutan belum tentu menunjukkan hubungan sebab-akibat. Post hoc non est propter hoc. Jadi, menurut gue, perlu ada general theory yang bisa menjelaskan kejadian-kejadian itu. Didorong oleh rasa ingin tahu gue ini, gue mencoba browsing di internet. Gue pikir, mungkin ada beberapa scientist yang udah ikutan meneliti ini dan menawarkan beberapa hipotesis.
Search di google menuntun gue ke Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Masaru_Emoto) dan JREF (James Randi Education Foundation). Di sana gue menemukan bahwa Emoto tidak melakukan double-blind saat meneliti. Datanya pun salah. Double-blind adalah salah satu metode untuk mereduksi bias saat observasi. Tanpa double-blind, seorang observer cenderung hanya mengambil data yang sesuai dengan hipotesisnya atau kepercayaannya. Terlebih, JREF menantang Emoto satu juta dollar jika bisa membuktikan hipotesisnya itu dengan menggunakan double-blind. Ternyata dia belum berhasil. Sebelumnya, gue pernah denger sih tentang JREF ini dari seorang teman. JREF ini emang berjanji memberikan $1.000.000 kepada siapapun yang bisa menjelaskan kejadian-kejadian supranatural ke ranah sains. Belum ada yang berhasil tuh. Ada yang merasa tertantang? :D
Di era informasi seperti sekarang ini, kita mudah mengakses berbagai informasi. Tapi, sayangnya, banyak banget yang ngawur. Ada yang tidak disengaja karena terlalu cepat melompat ke kesimpulan tertentu tanpa menggunakan metode penelitian yang benar banyak juga yang disengaja karena keuntungan yang bisa didapat dari penyebaran informasi itu. Misalnya uang atau di era demokrasi ini, suara politik untuk menjatuhkan lawan, dan sebagainya. Kalau nggak kritis. Kita bisa tertipu.
Lihat aja Da Vinci Code. Teori-teorinya mungkin ada yang bener. Tapi, tentu saja itu masih berlatar belakang hipotesis yang belum terbukti secara ilmiah.
Salam kritis!

Sumber: Zenius.net/blog

Mana Yang Lebih Baik: Belajar Kelompok Atau Belajar Sendiri?

Belajar di sekolah, udah. Belajar di bimbel udah. Masih harus belajar lagi ya di luar dua tempat itu? Yaah, tergantung kebutuhan sih sebenernya. Klo elo2 mau punya pemahaman yg maksimal soal tema2 yang dipelajarin, ya lebih harus jungkir balik lagi belajarnya. Klo emang cuma buat ngapal trus bisa jawab soal demi nilai bagus doang sih, yaah bisa aja belajar kebut semalem. Tapi besok2 dijamin lupa lagi tuh. Nah, klo emang kebutuhannya selain nilai bagus tapi juga biar nguasain materi pelajaran dalam waktu lama, belajar di luar kelas atau bimbel berarti elo butuhin tuh.

Sekarang masalahnya, yang efektif tuh yg kaya gimana sih biar cepet bisa nyerap pelajaran di luar sekolah/bimbel? Apa harus bertapa dulu? Tunggu wangsit dulu? Sendirian atau ramean? Nah ini nih yang mau kita bahas kali ini. Belajar tuh mending sendiri atau ramean yah? Mari kita bahas bareng2.
Secara sekilas kalau kita denger soal mending belajar sendiri atau dalam kelompok, kita otomatis langsung jawab, enakan dalam kelompok lah! Tugas lebih cepet selesai. Eits tunggu dulu. Lagi2 yg namanya preferensi itu pasti selalu terkait sama dua hal: 1) kepribadian, sama 2) hakikat dari tugas tersebut. Ribet yah? Nggak kok. Yg pertama itu berhubungan sama kecenderungan seseorang untuk lebih senang belajar sendiri, ada juga yang lebih cenderung senang belajar ramean. Persis kaya ada orang yang doyan teh, ada juga yg doyan kopi. Beda2 coy. Kalo yg kedua, nentuin belajar sendiri atau barengan itu ya harus disesuaikan sama jenis tugas ataupun tujuan pembelajaran yang ditentuin sama guru.
Klo tugas atau bahan pelajarannya itu butuh analisis yang mendalam, ada baiknya dilakukan bareng-bareng. Toh banyak otak banyak ide kan? Tapi klo tugas ataupun materi pelajarannya lebih bersifat superficial atau cuma sekadar pemahaman yang tidak perlu proses analisis mendalam, belajar sendiri tentunya lebih efektif, soalnya minim distraksi (gangguan) untuk memahami hal tersebut. Jadi gue tekanin lagi nih, bukan sekadar tugas/belajar jadi lebih cepet, tapi juga berhubungan dengan efektivitas penyelesaian tugas tersebut.
Sekarang kita telusurin lagi nih, keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian dari kedua metode belajar tersebut. Kira-kira mana nih yang paling pas sama kepribadian elo dan situasi yang sedang elo alamin. Mariii..
Keuntungan Belajar Sendirian
IMG_7206
1. Fleksibel booook!
Keuntungan utama dari belajar sendiri adalah ya yang satu ini, fleksibel. Elo mau belajar kapan kek, belajar yg mana kek, mau pake alat bantu apa kek, terserah. Sesuai yang menurut elo nyaman aja. Suka belajar tengah malem, hayok. Belajar subuh, marii. Kapanpun. Mau belajar di meja bisaa. Belajar sambil tengkurep di karpet boleeh. Bebas! Terus juga mau sambil denger mp3 atau diselingin nonton TV, ya bebas bebas aja.
2.Ngelatih intelektualitas diri
Nah, di poin yang kedua ini, belajar sendirian itu bisa lho, buat ngelatih kecerdasan diri kita. Dalam hal ini yaitu kemampuan pemecahan masalah. Klo belajar sendirian, elo tuh bakal nyoba buat mecahin macem-macem permasalahan yang lo hadepin pas belajar atau ngerjain tugas, sendirian. Elo bakal ngembangin berbagai macem cara pemecahan masalah yang mungkin aja bisa lebih efektif dan efisien untuk permasalahan tertentu, lalu mungkin juga bakal menggabungkan beberapa cara pemecahan tersebut untuk permasalahan yang lebih rumit.
3. Fokus dan sesuai rencana
Belajar sendirian tuh membantu kita untuk tetep fokus sama bahan pelajaran yang pingin kita dalemin. Cuma hal ini ada syaratnya nih, keadaan lingkungan tempat kita belajar harus dalam keadaan tenang. Klo di rumah, misalnya, ya ga boleh diganggu sama ortu, adik, kakak, atau tukang nasi goreng lewat. Klo di café ya jangan sambil ngeliatin cewe lucu (atau cowo lucu bagi elo2 yang cewe). Selain itu, belajar sendiri juga bagus buat kita dalam hal menentukan rencana belajar yang efektif. Bab mana yang harus kita pelajarin, bab mana yang belom kita kuasain, yg mana yang mau kita skip. Jadinya kita bisa belajar sesuai dengan apa yg bener2 kita perluin. Ga buang-buang banyak waktu.
Kerugian Belajar Sendirian
1. Nggak ada proses pertukaran ide
Belajar sampe puyeng udah, semedi udah, tapi kok mentok yah? Nah hal ini bisa aja nih gara2 bahan yang lo hadepin itu membutuhkan proses analisis yang cukup rumit, yang mana ga bisa elo selesein sendirian tanpa bantuan orang lain. Nah kejadian kaya ginilah yang membuat belajar kelompok lebih berguna.
2. Nggak ada acuan terhadap performa belajar siswa lain
Belajar sendiri nyantai tiba2 temen-temen udah pada jago aja. Akhirnya rendah diri, setres, makan ati, trus males belajar lagi. Nah yang kaya gini2 nih yang sebenernya bisa ditanggulangin dengan sesekali belajar kelompok sama temen2.
3. Banyak banget distraksi
Lagi enak-enak baca materi pelajaran tiba2 ada BBM, ada whatsapp, ada SMS, selesai texting2an, trus nyokap manggil suruh angkat jemuran. Selesai angkat jemuran, ada film oke di TV. Kapan belajarnya cuy? Ini dia nih masalah paling umum yang dihadapin kita klo belajar sendirian di rumah.
Keuntungan Belajar Kelompok
IMG_1595
1. Ngebantu ngurangin prokrastinasi
Prokrastinasi itu apa sih?! Yah, gampangnya gini aja deh, kita punya tugas yang harus diselesein minggu depan, tapi sebelom H-1, kita cenderung untuk bilang dalem hati: “aah besok ajeeh”, “ntaran lah kerjainnya, mau maen game dulu barang sepukul dua pukul”. Nah gejala ini udah termasuk gejala prokrastinasi nih. Dengan belajar kelompok, gejala ini bisa ditanggulangin, karena kita bekerja dengan orang lain berarti tenggat waktunya juga ga bisa seenak jidat kita yg tentuin sendirian. Kita sebisa mungkin harus patuh dan kompromi terhadap aturan-aturan kelompok.
2. Dapet sudut pandang yang beda
Ini nih yang jadi keunggulan utama belajar dalem kelompok. Belajar kelompok bikin kita dengerin banyak sekali masukan-masukan dari sudut pandang yang berbeda2. Hal ini bisa bikin pemahaman yang lebih kaya mengenai topik yang lagi kita pelajarin.
3. Mengembangkan kemampuan-kemampuan baru di luar pelajaran
Selain nambah pengetahuan dan ngeluasin sudut pandang, belajar kelompok juga bikin kita makin jago dalam kemampuan untuk berdiskusi, berdebat, nulis catetan diskusi, trus juga bisa ningkatin kemampuan organisasi kita. Kok bisa? Lah iya, dalam sebuah kelompok, mau secupu apapun kelompoknya, pasti ada kecenderungan untuk berorganisasi. Pasti ada yang muncul jadi pemimpin. Ada juga yang jadi pengikut doang. Ada juga yg kerjaannya cuma ngetik doang, ada yang mikir doang, dsb. Nah, dengan kondisi ini, kita bisa ngelatih kemampuan organisasi kita. Contohnya kemampuan untuk negosiasi, untuk ngelobi, untuk patuh terhadap peran, untuk bisa me-manage anak buah, dan sebagainya.
4. Nambah temen nongkrong
Udah ga usah diomongin lagi lah klo belajar kelompok pasti bikin kita makin menjadi sosial. Jelas lah. Dari jumlahnya aja lebih dari satu, berarti kan ga kesepian kan. Udah gitu tempat belajarnya bisa aja di tempat-tempat gaul, tempat nongkrong favorit lo dan temen2, atau malah di perpustakaan.. :D Udah gitu, kalo misalnya lo pingin buat ngembangin jaringan sosial lo, lo bisa aja kan gabung sama kelompok lain buat belajar bareng2. Atau malah gabungin kelompok lo sama kelompok baru tersebut, biar sekalian pertukaran idenya lebih maknyus.
5. Ngurangin stres sebelom ujian
Sebelom ujian, pasti elo2 pada ngerasain setres kan? Ada yg ringan, ada juga yang sampe keringet dingin sepanjang hari. Nah, belajar kelompok tuh bisa banget lho, nurunin level stress lo. Lobisa ngeliat orang-orang yang lagi “seperjuangan” sama lo, yang mana bakal memotivasi lobuat semangat ngadepin ujian. Cuma jangan kebalik nih, belajar bareng itu sebaiknya sebelum ujian, jangan setelah ujian berlangsung. Klo setelah ujian, lobakal jadi setres deh mikirin jawaban loyg salah di mana orang lain bener. Udah jadi hukum psikologi manusia bahwa kita sedih kalo ada orang lain yang sedih, tapi kita makin sedih kalo ada orang lain seneng
Kerugian Belajar Kelompok
  1. Kita lebih cenderung untuk melakukan hal-hal yang kurang berhubungan dengan tugas/pelajaran. Kita punya kecenderungan untuk lebih menikmati gosip, obrolan tentang film, obrolan bola, obrolin cewe cakep, dll. Trus selain obrolan yang ga nyambung, kadang kita juga sering ngelakuin hal yang ga nyambung juga, kaya makan bareng, maen PS, chatting sama temen lain, dsb.
  2. Kita malah bakalan ngurusin satu temen kita yang ketinggalan, akhirnya diskusi yg udah jalan jadi terbengkalai.
  3. Kita terpengaruh sama temen kita yang bisa aja salah, tapi karena dianggep jadinya kita percaya-percaya aja. Makanya diskusi dan debat diperluin nih untuk ngatasin masalah kaya gini. Kita punya hak untuk mendebat apapun dan siapapun biar dapet kesimpulan yang lebih kaya
  4. Udah jadi kebiasaan dalem diri kita, terutama elo2 yang orangnya kompetitif, bahwa kita setres kalo liat temen yang lebih pinter dari kita. Belajar kelompok itu membutuhkan kerelaan diri bahwa ada kok emang orang2 lain yang lebih jago dari kita dalam hal apapun. Dan itulah dunia. Sedap..
  5. Nah kerugian terakhir dari belajar kelompok, ada satu fenomena menyedihkan yang sering gua perhatiin, terutama buat elo2 yang muales banget belajar. Banyak banget nih, anak2 males yang rupanya cuma ngandelin belajar kelompok dengan harapan bisa diajarin sama yang laen atau istilahnya "kecipratan pinter". Terus ujung-ujungnya waktu belajar kelompok anak2 males ini cuma sibuk minjem catetan, fotokopi, terus minta "disuapin" pelajaran yang gak ngerti, atau yang lebih parah nanya "Eh kira2 yang penting bakalan keluar apa aja sih?". Yah sebenernya sih gpp kayak gitu satu-dua kali kalo emang lu lagi buta sama sekali, tapi yang bahaya adalah kalo yang kayak gini jadi KEBIASAAN ! Nantinya, lu gak akan terlatih untuk menjalani tantangan dan selalu 'lari' dengan ngandelin orang laen.
Oke, sekarang kan gua udah ngejabarin baik keuntungan dan kerugian belajar sendiri maupun belajar kelompok. Moga-moga nih, penjabaran di atas bisa ngebantu lu buat ambil keputusan yang tepat, metode belajar mana yang kira-kira lebih cocok dengan gaya belajar lu dan tantangan akademis yang mau lu atasi.

Sumber: Zenius.net/blog